Senin, 18 Juli 2016

Sorry, No Sex Before Married

Suatu hari Nyai berkenalan dengan seorang lelaki….. orang tuanya Moroccan (Jadi dia Muslim.. Yessss!!) sementara dia sendiri warga negara Canada yang kerjanya traveling around the world tapi saat ini kerja di Indonesia.

Awalnya kami sangat cocok (jarang-jarang loh Nyai cocok sama cowok baru kenal) apalagi ditambah back ground kuliahnya hukum dan ilmu politik. Kalau ngobrol pun kami nyambung dan bercanda-canda. Nyai sempat berpikir, jodoh bule kayaknya boleh juga nih… Gak bikin kuping panas karena pasti banyak yang gak kenal dia jadi gak ada comment aneh-aneh…. (kalian harus tau, kasian sekali lah yang akan berjodoh dengan Nyai karena harus menghadapi teman-teman Nyai yang segudang banyaknya)

Sampai suatu hari, Nyai chatting dengan dia dan menuliskan "Sorry, No sex before married" dan kalian tahu apa yang terjadi ???

Dia langsung marah dan memaki-maki Nyai….

Awalnya alasan Nyai sederhana saja… "I'm wearing hijab and I go to umroh every year. I don't want have a lot of sin"

Ternyata alasan Nyai ini dimaki pula oleh dia… dijawabnya "You Shop" jadi dia pikir Nyai pergi umroh tiap tahun buat belanja… duh… tau gak sih dia kalo di Mekah or Medinah itu baju perempuannya besar-besar banget karena perempuan Arab badannya besar-besar dan modelnya pun jelek-jelek. Mendingan belanja ke Thamrin City deh…. atau mau belanja karpet? emang siapa yang mau angkat-angkat tuh karpet di airport? memangnya banyak porter atau kuli kayak di Indonesia??

Terus dia bilang dia gak mau beli kucing dalam karung… tapi terserah lah kalo itu pendapat Nyai (semua makian dia Nyai translate aja yaaaaa)

Trus Nyai bilang "Sorry, it's not my opinion… It's writing in Al Qur'an"

Dia makin marah… dia bilang Nyai gak akan jadi lawyer dan politikus yang sukses kalau seperti ini… Hmmmmmm….. setau Nyai jadi orang sukses itu karena Allah bukan karena sex….

Terus dia ungkit-ungkit mau bantu Nyai di pemilu berikutnya (emang siapa yang mau nyaleg lagi sih??!!)

Makian dia pun Nyai akhiri dengan "Sorry, we're just friend"

Setelah itu Nyai jadi sedih…. sedih karena udah berpikir dapet cowok oke ternyata amit-amit… Tapi itu gak penting sih… Sebenarnya Nyai sedih karena susah ya mencoba jadi orang baik dan berprinsip, cobaannya banyak….

Nyai bukan orang yang munafik atau sok alim…. tapi yang paling penting berniat untuk gak bikin dosa banyak….

Dan satu lagi… berhijab itu bukan karena Nyai orang yang sempurna… berhijab itu karena Nyai tau Nyai bukan orang yang sempurna… dengan memakai hijab, Nyai ingin menjadi lebih baik…..

Btw… itu cowok kenalan sama Nyai mau sex aja kali yaaaa… reaksinya kok gitu amat sih….. (baru sadar) mungkin dia pikir Nyai cabe-cabe an yang sok-sok pake jilbab kali yah….



Selasa, 21 Oktober 2014

Apa sih "Politik" itu?

Ada begitu banyak definisi Politik oleh para ahli. Semuanya berkaitan dengan kekuasaan, kenegaraan, kepentingan umum. Buat saya sendiri, politik adalah sarana untuk memperbaiki segala hal yang berkaitan dengan kepentingan umum dan dilakukan melalui cara kekuasaan.

Banyak orang Indonesia yang alergi dengan politik tetapi untungnya di tahun 2014, minat akan politik meningkat sejalan dengan adanya pemilihan presiden Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta Rajasa. Rasanya seluruh mata di Indonesia hanya memandang urusan politik ini, rela ber jam-jam menonton acara politik di televisi, mulai dari debat presiden, pemungutan suara, sidang Mahkamah Konstitusi, pemilihan DPR, pemilihan MPR, sampai akhirnya angkat sumpat jabatan Presiden.

Saya sendiri, dari Jaman Orde Baru, Reformasi hingga Pemilu di tahun 2009 konsisten menjadi Golput, tidak memilih partai manapun, tidak memilih presiden manapun dan pemilihan ketua daerah (Gubernur) manapun. Saya alergi dengan politik, saya tidak percaya dengan politik dan politikus, dan saya benci jari kelingking saya kotor kena tinta kalau sudah selesai memilih di Tempat Pemungutan Suara.

Tetapi Tuhan memang Maha Baik. Saya tidak boleh alergi dan membenci politik karena politik itu sebenarnya untuk kepentingan umum. Kalau memang ada penyimpangan-penyimpangan dalam politik termasuk di dalamnya korupsi, itu adalah penyalahgunaan kekuasaan.

Tahun 2013 tanpa ada rencana dan pertimbangan apapun, simsalabim, saya jadi pengurus partai. Tidak cukup jadi pengurus partai, saya langsung jadi Calon Legislatif dan mendapat nomor urut 1. Padahal orang rela bertengkar dan berdarah-darah demi nomor urut 1 ini, saya mendapatkannya tanpa punya saingan siapapun. Semuanya serba Simsalabim….. (kalau mau melihat dari segi keimanan saya, Simsalabim ini bisa ditafsirkan dengan “kalau Allah mau terjadi, ya terjadilah”)

Setelah jadi Caleg, saya mulai belajar politik pelan-pelan. Learning by doing lah. Gak terlalu susah buat saya belajar politik karena dasar kuliah saya sendiri adalah hukum, walaupun spesialisasi saya adalah litigasi/praktisi dan hukum bisnis bukan Hukum Tata Negara.

Pertama, saya belajar “Apa itu Politik?” Kalau baca teori-teori mulai dari Aristoteles, Karl Marx, Adam Smith, Immanuel Kant, Nicolo Machiavelli sampai yang made in Indonesia Miriam Budiharjo dan Ramlan Surbakti, aduh jadi ingat semester 1 kuliah Hukum dulu. Gak meresap rasanya. Asal yang penting lulus kuliah.

Saya mencoba mendefinisikannya sendiri supaya mudah dimengerti (konon kata temennya temen saya, kalau lawyer yang hebat itu, bukan bikin bingung kliennya dengan segala istilah-istilah hukum, tapi menyederhanakan hukum sehingga kliennya bisa mengerti). Politik adalah sarana untuk memperbaiki segala hal yang berkaitan dengan kepentingan umum dan dilakukan melalui cara kekuasaan.


Bagaimana itu bisa terjadi? Jadi melalui pemilihan baik pemilihan Legislative, Kepala Daerah atau Presiden, rakyat memilih wakilnya yang duduk di dalam pemerintahan. Setelah itu, baik si Legislative, Kepala Daerah atau Presiden akan membuat kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi kepentingan umum seperti membuat peraturan untuk pendidikan, kesehatan, pertanian, agama, kelautan, kehutanan dan sebagainya. Tidak hanya peraturan, tetapi juga membuat anggaran untuk kemajuan di bidang tersebut atau di daerah tersebut. Misalnya anggaran untuk pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian, hukum dan sebagainya.

Sebenarnya tidak sesederhana itu, tapi kurang lebih seperti itulah yang namanya “Politik”. Indah bukan? Jadi jangan alergi lagi dengan yang namanya Politik ya….

Sabtu, 26 September 2009

Jangan Malu Belajar Mengaji

Sejak awal bulan puasa lalu, perusahaan saya “Toedjoeh Empat & Co.” membuka unit usaha baru bernama “Medina Toedjoeh Empat (Kursus Bahasa Arab dan Al-Qu’an)”. Karena pada saat itu adalah bulan puasa dan kami mencari berkah di bulan puasa, maka diputuskan membuka tahap pertama kursus gratis sambil melihat tanggapan dan antusias para peserta kursus.

Karena baru uji coba dan tempat terbatas, saya hanya mengiklankan melalui email di milis-milis terbatas: fhui, fhui 93, fhui 70an, peradi, IKA Advokat UI, milis cosmopolitan dan profec (profesional executive) serta berita dari mulut ke mulut saja menggunakan jaringan pertemanan yang dimiliki oleh orang-orang kantor saya.

Tidak disangka ternyata tanggapan peserta sangat antusias. Di ruang pertemuan sudah berkumpul 30 an peserta yang usianya rata-rata 40-50 an. Mulai dari ibu rumah tangga, marketing asuransi, pegawai Dewan Ketahanan Nasional, pengacara, anak pengacara terkenal, suami pengacara, pegawai swasta, jendral bintang dua sampai penyanyi muda cantik yang kualitas suaranya tidak diragukan lagi (khusus untuk penyanyi ini, saya rasa dia adalah peserta termuda deh..).

Di hari pertama, seluruh peserta di tes tingkat kemampuan mengajinya karena sudah pasti semua memiliki kemampuan yang berbeda. Kalau benar-benar tidak bisa alias dari “Nol” ya jujur saja sama ustadznya karena di tes nya di depan kelas begitu (pakai pengeras suara pula). Dari hasil tes tersebut, para peserta dibagi menjadi 4 kelompok: Basic A, Basic B, Intermediete A, Intermediete B. Jadi dari yang “Nol Besar” sampai yang agak-agak sombong dikit udah bisa ngaji panjang pendek. Tentu saja peserta terbanyak adalah di Basic A karena jumlahnya belasan sampai akhirnya kelas Basic A dibagi lagi menjadi 3 kelas karena untuk demi menjaga kualitas pengajaran dan daya tangkap peserta, 1 kelas paling banyak hanya untuk 6 orang. Selain itu, para pengajar kami menggunakan suatu metode sehingga hanya dalam waktu 4,5 jam dari yang tidak bisa sama sekali menjadi bisa membaca al-qur’an dan ngaji-ngaji dikit di depan anggota keluarganya lah.

Saya terharu melihat antusias para peserta yang begitu bersemangat hingga hari terakhir (karena bulan puasa kursus diadakan setiap hari dengan durasi 1 jam selama 10 hari), terlebih lagi karena usia mereka sudah tidak muda lagi. 80% berusia diatas 40 tahun (tentu saja si penyanyi cantik yang tadi saya ceritakan menjadi bagian yang 20%). Kalau boleh jujur, kita harus mengakui di dalam hati kecil kita apakah kita yang di KTP mengaku beragama Islam bisa mengaji? Sudah lancar mengaji? Sering mengaji? (Kayaknya qatam al-qu’an jadi mimpi indah) dan yang paling penting mengerti isi al-qur’an tersebut (kalau sudah mengerti mudah-mudahan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yah…)

Program yang dibuat di Medina Toedjoeh Empat juga gak muluk-muluk kok, kalau sudah lancar mengajinya, bisa panjang pendek dan aturan-aturan membacanya, ya bisa mengerti isi dari al-qur’an tersebut (kalau gak salah itu di kelas intermediete deh). Ada juga kelas bahasa arab dalam arti bisa bercakap sehari-hari dalam bahasa arab. Peserta yang kami bidik justru usia 40 an ke atas, para eksekutif dan pegawai kantoran yang tidak punya waktu banyak tapi ingin betul belajar mengaji dengan cepat dan mudah. Untuk mempermudah para peserta tersebut (karena kesibukan dan jalanan di jakarta yang macet), tidak harus datang ke kelas tapi justru para pengajarnya yang datang ke kantor-kantor tersebut.

Setelah bulan puasa ini melihat antusias para peserta dan rencana kelas lanjutan dari kursus sebelumnya, manajemen “dengan terpaksa” memberlakukan adanya biaya kursus. Tidak besar sih hanya 300 ribu per level. Itupun bukan untuk komersil dan bisnis (kelihatannya kami memutuskan untuk tidak cari untung di unit usaha ini tapi cari berkah aja deh). Biaya kursus itu digunakan untuk menggaji para trainer atau ustadz nya (mereka khan juga perlu biaya untuk hidup sehari-hari), operasional sehari-hari dan biaya untuk menunjang kursus ini seperti renovasi gedung untuk memperbanyak kelas, membeli motor atau mobil yang mengantarkan para ustadz mengajar ke kantor-kantor peserta serta biaya training para calon trainer. Oh ya, hal lain yang membuat saya senang dengan unit usaha ini adalah memperluas lapangan pekerjaan untuk orang lain. Mencari orang-orang yang mau mengajarkan mengaji, memberikan pelatihan dengan sistem “mengaji cepat” (jadi gak perlu berlama-lama seperti waktu saya SD dulu) dan jadilah mereka karyawan kami yang memiliki pekerjaan tetap. Visi kami jelas “Memberantas buta huruf al-qur’an di Indonesia”. Simple dan tepat sasaran khaaannn….

Ada cerita lucu dibalik kursus ini, kira-kira 2 jam setelah saya mengirim email yang mengiklankan kursus ngaji ini di milis-milis, salah seorang sahabat menelpon saya. Pada saat itu saya sedang di Polda Metro Jaya menunggu seorang Kasat di ruang tamunya. “Jangan ketawa,” sahabat saya langsung membuka percakan di telepon. “Ada apa sih?” tanya saya bingung sambil berbisik-bisik karena si Kasat ada di ruangan sebelah. “Pokoknya jangan ketawa” jawab sahabat saya itu. “Iyaaa.. ada apa??” tanya saya masih bingung dan berbisik. “Kamu lagi buka kursus ngaji yah? Aku ikut dong….” Jawab si sahabat dan jawaban saya adalah “HAHAHAHAHAHAHA…..” saya tidak tahan untuk tertawa terbahak-bahak. Sahabat saya ini terkenal dengan sifat iseng dan usilnya. Usianya pun sudah 50 an. Tapi saya mengagumi kejujuran dan keterbukaan hatinya. Dia mau jujur untuk belajar mengaji dari NOL dan keterbukaan hatinya untuk belajar. TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR, APALAGI BELAJAR MENGAJI DAN AL-QUR’AN….

Bagaimana dengan saya? Hehehehehe… Untuk yang belum kenal saya, dasar pendidikan dan pekerjaan saya adalah pengacara spesialisasi litigasi. Di hari pertama kursus saya hadir (dengan terlambat karena ada meeting), langsung di test mengaji pakai pengeras suara pula. Dengan tidak percaya diri tentu saja saya terpaksa membaca huruf-huruf al-qur’an yang disodorkan oleh ustadz nya. Untunglah saya masuk kelas intermediete (walaupun gak jelas A atau B). Jujur saya kadang-kadang masih suka lupa titik. Kalau titiknya di bawah huruf apa ya? Kalau titiknya di atas huruf apa? Suka ketukar-tukar. Belum lagi panjang pendeknya juga masih tersendat-sendat. Dan dengan “kemampuan” itu saya semangat belajar mengaji lagi. Tapi apa daya, setiap kali jam mengaji yang ditentukan ada saja tamu yang masuk ke ruangan saya mengajak meeting. Gak mudah memang mengatur waktu mengurusi 5 unit usaha plus jadi pengacara. Tapi saya sudah bisik-bisik sama ustadznya, “Mas Iwan, saya kursus ngajinya privat aja deh abis lebaran. Kayaknya gak bisa kalau mengikuti jadwal. Pagi aja ya mas karena gangguan belum banyak, kayaknya makin sore gangguannya makin banyak deh…” Ada yang mau mengikuti langkah saya? Belajar mengaji dengan waktu yang fleksibel karena kesibukan kita???

Senin, 29 Desember 2008

Aku Benciiii Dilecehkan Secara Seksual

Pengalaman Pertama. Umurku baru 13 tahun saat itu, baru kelas 1 Sekolah Menengah Pertama. Di tengah keramaian pasar, seorang laki-laki awal usia 20 tahun menghampiriku tiba-tiba dan dengan cepat tangannya mencolek dadaku serta melewatiku dengan santai. Hatiku panaaasss sekali… Ingin rasanya aku berbalik badan, menghampiri laki-laki itu, memakinya, memukulnya dan berteriak kepadanya. Tapi aku tidak melakukan itu, aku hanya seorang anak kecil yang bahkan datang bulan pun belum. Aku terlalu takut untuk marah kepada laki-laki itu. Bagaimana kalau nanti dia balas memakiku atau memukulku? Aku takut dan kesal tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk pertama kalinya, dalam usiaku yang 13 tahun ini, aku merasa marah, kesal, terhina tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Jangan bayangkan aku pada saat itu seperti sekarang. Aku sekarang versi ABG jaman sekarang yang sedang lucu-lucunya. Aku jauuuh seperti itu. Di kelas, aku termasuk anak perempuan paling kurus sehingga teman-temanku menjuluki si “Keru” karena kurus seperti lidi dan tidak bisa diam. Jangan bayangkan kulitku kuning langsat terpelihara hasil lulur dan mandi susu setiap 2 minggu di salon Griya Arimbi Tebet. Kulitku saat itu hasil berendam selama bertahun-tahun di kolam renang Taman Mini yang suka dipakai syuting TVRI saat itu. Seminggu sekali setiap hari Sabtu dari jam 14.00 sampai jam 17.00 aku belajar berenang. Selama bertahun-tahun, dari kelas 3 SD sampai lulus SD bahkan akan dilanjutkan ke SMP. Belum lagi hobi jalan kaki ku keman-mana karena becak mulai dibersihkan di jakarta. Jalan kaki ke Supermarket Grasera di By Pas, jalan kaki ke pasar cawang kapling, jalan kaki ke rumah teman di jalan hijau daun, jalan madrasah, jalan biru laut semua di daerah cawang. Semua kulakukan dengan berjalan kaki riang gembira bersama teman-teman. Jadi kulitkupun pada saat itu tentu saja adalah sawo matang dekil. Rambutku pada saat itu bukan hasil highlight 3 warna dari salon Lu Vaze Plasa Senayan langganan mbak Mayangsari ketika akan berdandan cantik demi mas Bambang yang ganteng. Rambutku pada saat itu dipotong pendek seleher dengan keriting-keriting ikal berponi. Sekarang bayangkan diriku saat itu… Anak perempuan kurus seperti lidi, belum datang bulan, belum tumbuh dua bukit indah di dadaku, berkulit sawo matang dekil dan rambut pendek keriting berponi (semoga sisa wajah manisku masih tersisa disitu). Sudah seperti itu masih ada juga Pedofilia gila yang mencolek dadaku. Mengambil keuntungan dari ketidak berdayaanku sebagai anak kecil yang sebentar lagi jadi ABG.

Pengalaman Kedua adalah ketika aku sudah kuliah S-2 di Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Waktu itu belum ada kuliah S-2 sore untuk para pengacara dan pekerja kantor lainnya, aku mengambil kuliah pagi bersama para dosen dari berbagai daerah. Persaingan lebih ketat karena mereka dosen yang ditugaskan belajar ke Jakarta sedangkan aku selain kuliah dimulai dari jam 08.00 pagi dilanjutkan bekerja sebagai pengacara dengan waktu pulang yang tidak jelas. Di kelasku ada seorang dosen dari Aceh bernama Zulfan (maaf tulisan ini tidak bermaksud SARA). Zulfan yang baru datang dari Aceh kelihatanya terkejut-kejut melihat gadis-gadis Jakarta yang modis-modis. Saat itu kuliah siang yaitu Bahasa Inggris jam 14.00. Aku sedang mencari-cari bangku dengan posisi nyaman karena kuliah Bahasa Inggris lumayan bikin ngantuk. Tepat ketika sang dosen masuk, aku mencari bangku dan melewati Zulfan yang sudah duduk tiba-tiba temanku itu mencolek pantatku. Aku begitu terkejut, mau buat keributan tidak enak dengan dosen yang sudah masuk dan mengambil posisi siap mengajar. Selama pelajaran Bahasa Inggris, aku tidak bisa konsentrasi dan tidak bisa tenang. Aku begitu marah dan terhina. Bayangkan, di ruangan kelas Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang terhormat itu, terjadi pelecehan seksual dimana pelakunya ketika ku pandangi hanya senyum-senyum bodoh. Tidak tahan lagi, ketika kelas selesai dan sang dosen baru setengah meninggalkan ruangan, kuhampiri si Zulfan itu dan langsung kupukul dengan diktat kuliah yang lumayan tebal sampai robek. Aku bahkan lupa kata-kata apa yang keluar dari mulutku saking marahnya, semoga saja caci maki yang masih edukatif karena di ruang kelas. Belakangan, ketika terjadi musibah tsunami di Aceh dan keluarga Zulfan banyak yang hilang, aku memaafkan kejadian colek pantat itu dan membantunya beberapa kali. Cara efektif memaafkan seseorang adalah menolong orang tersebut ketika dia menghadapi musibah.

Kejadian Ketiga. Umurku sudah 33 tahun, jabatanku sudah Senior Partner di sebuah Law Firm. Aku mendapatkan ruangan kerja yang bagus dan besar hingga didalamnya ada meja meeting memuat 6 orang. Hari itu ada meeting besar, peserta meeting kurang lebih 10 orang sehingga dibutuhkan kursi tambahan. Jadilah kami berdekat-dekatan satu sama lain. Meeting pun lumayan seru, kami sibuk berdiskusi membahas hukum pertambangan di tambah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dikombinasikan dengan hak pemegang saham berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Disebelahku ada seorang pria klien yang cukup penting. Mungkin pria ini memendam hati kepadaku selama ini. Ditengah perdebatan serius, si Klien ini memberikan secarik kertas bertuliskan “I Love U”. Ku pandangi kertas itu dengan datar tanpa ekspresi. Tidak tersipu-sipu malu senang atau marah karena tidak suka. Hanya datar…. Lebih karena otakku masih sibuk memikirkan bagaimana si Undang-Undang Pertambangan ini dikombinasikan dengan berbagai peraturan lainnya. Merasa tanggapanku hanya datar tanpa ekspresi, si Klien penasaran kelihatannya. Dia buka handphone Nokia E90 mahalnya dan tiba-tiba dia tunjukkan gambar pria dan wanita sedang berhubungan badan. Detik itu juga konsentrasiku langsung hilang, aku marah dan tersinggung dengan sang Klien. Mukaku pun mungkin berubah merah tapi aku tidak mau mengganggu jalannya meeting yang sedang seru ini. Aku merasa pesan yang kuterima dari perilaku si Klien tadi adalah “I Love U… Maukah tidur dengan saya?”. Bayangkan, di ruangan kerjaku sendiri, di meja meeting yang kata Koh Andi tukang reparasi sofa kulit di kantorku, “Ini meja Da Vinci asli mbak” aku merasa dilecehkan, marah, tersinggung, terhina…

Beruntung selama kuliah aku tidak pernah mengalami pelecehan seksual padahal masa kuliah rasanya aku lagi lucu-lucunya. Mungkin karena disekelilingku ada cowok-cowok gendut dan super gendut sehingga mau menggodaku saja rasanya malas mengingat resiko ditindih cowok super gendut.

Tapi ada satu pengalaman yang menggelitik hatiku sampai saat ini. Saat itu aku sudah jadi Finalis Abang None Jakarta Timur. Siang itu aku menerima telepone dari sang koordinator bahwa ada “tugas Abnon” di Bogor nanti malam, tidak usah pakai baju None, hanya baju pesta atau baju malam. Aku dijemput oleh (mantan) pacarku yang juga Abang Jakarta, sahabatnya serta 2 None lainnya. Kami berlima di dalam mobil dalam perjalanan ke Bogor. Aku selalu menyambut gembira semua tugas abnon karena selain jalan-jalan dengan teman dan pacar tersayang (saat itu..), mendapat pengalaman baru juga mendapat uang saku yang lumayan untuk anak kuliah. Kami sampai Bogor sudah maghrib. Situasi sore yang beranjak mulai gelap. Ternyata alamat hotel yang diberikan, adalah hotel bintang 2 dan jalannya masuk-masuk kedalam. Kami berlima pun terbengong-bengong lihat situasi hotel. “Gak salah niy hotelnya ?” tanyaku ke teman-teman. Kamipun dipersilahkan masuk ke ruangan makan yang lebih menyerupai wisma penginapan. Di sana sudah menunggu bapak-bapak pejabat PEMDA DKI entah eselon berapa kalau menginap di hotel bintang 2 begini. Setelah selesai makan, tahu-tahu dipasang musik keras-keras dan kami para None disuruh menemani bapak-bapak itu joged-joged gak jelas. Walaupun umurku baru 20 tahun saat itu, tapi aku merasa tergelitik dengan kejadian ini. Buat apa ikut susah-susah pemilihan Abang None dengan persyaratan lumayan susah: berpenampilan menarik, tinggi badan minimal 165 cm, mempunyai pengetahuan yang luas tentang budaya dan pariwisata, bisa berbahasa Inggris aktif dan pasif, mengalahkan ratusan pendaftar lainnya, hanya untuk menemani bapak-bapak pejabat pemda DKI gak jelas eselon berapa joged-joged di hotel bintang 2 yang lebih menyerupai wisma penginapan. Malam kian larut. Aku memegangi tangan si (mantan) pacar. Bukan karena dinginnya kota Bogor tapi untuk menghindari berjoged-joged dengan para pejabat itu. Beruntung aku ada (mantan) pacar yang menemani dan menjagaku. Pelajaran untuk adik-adik perempuan yang ingin ikut pemilihan Abang None Jakarta, di hari pertama karantina para finalis, mulailah hunting Abang yang paling ganteng dan keren untuk menjaga kita dari kejadian-kejadian aneh.

Mungkin dibelakangku orang-orang berbisik, “Pasti aja dilecehkan, kalau pakai baju sexy-sexy siy…” Coba deh bayangkan dengan tinggi 168 cm dan berat 56 kg susah banget turunnya, kalau aku pakai blazer kantor kedodoran dan rok sepanjang mata kaki atau celana panjang kebesaran, jadinya seperti apa aku?? Orang-orangan salju atau lawyer? Fungsi baju itu khan membuat orang nyaman dan percaya diri. Sampai saat ini aku lebih memilih baju-baju yang membuatku nyaman dan percaya diri daripada memusingkan pendapat orang. Jadi teringat pengalaman yang sering kualami kalau lagi ke negeri tetangga Malaysia. Coba saja kita kaum wanita jalan-jalan dengan tank top. Jangan di daerah KLCC atau Bukit Bintang karena disitu banyak wisatawan asing. Coba ke daerah yang tidak banyak wisatawan asing, sambil mencicipi makanan-makanan khas malaysia. Perlakuan yang sering kualami adalah pandangan menghakimi dari kaum wanitanya ke arahku. Seolah-olah aku bukan wanita baik-baik. “TKW Indon yang berfungsi lain” he..he..he.. Gak tau kalau di Indonesia aku bekerja sebagai pengacara. Kenapa harus menghakimi hanya dari pakaian yang kita kenakan pada saat liburan?

Dari hasil researchku tentang pelecehan seksual, secara umum yang dimaksud pelecehan seksual adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif, seperti: rasa main, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian dan sebagainya, pada diri orang yang menjadi korban.
Dari definisi umum tersebut maka pelecehan seksual ditempat kerja dapat diartikan sebagai segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran, dan penolakan atau penerimaan korban atas perilaku tersebut dijadikan bahan pertimbangan baik secara implisit maupun eksplisit dalam membuat keputusan menyangkut karir atau pekerjaannya, mengganggu ketenangan bekerja, mengintimidasi, dan mencip-takan lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak nyaman bagi si korban. Pelecehan seksual di tempat kerja juga termasuk melakukan diskriminasi gender dalam hal promosi, gaji atau pemberian tugas dan tanggung-jawab.
Dari situs www. Kompas. Com, ada beberapa kiat mengatasi pelecehan seksual tersebut, antara lain:

• Membuat catatan tentang identitas pelaku, lokasi, tempat, saksi, perilaku atau ucapan yang dianggap melecehkan.

• Bicarakan dengan orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi. Bisa dengan teman atau orang lain yang kita percaya. Ungkapkan perasaan kita tentang kejadian itu. Bisa juga dengan memberitahukan perasaan kita pada orang yang ada di tempat kejadian.

• Memberi pelajaran pada si pelaku dengan memberitahukan langsung kepada pelakunya bahwa kita tidak suka dengan tindakannya atau isyarat tubuh.

• Segera melaporkan tindakan pelecehan seksual setelah kejadian, karena pelecehan seksual adalah tindakan yang melanggar hukum:
a. Pencabulan (Pasal 289,296 KUHP)
b. Penghubungan pencabulan (Pasal 295,298, 506 KUHP)
c. Tindak Pidana terhadap kesopanan (Pasal 281,283,283 bis Pasal 532533 KUHP)
d. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur (Pasal 286,288 KUHP)

Bagaimana kita mengatasi pelecehan seksual itu sendiri? Pelajari segala hal tentang pelecehan seksual, bertindak tegas dengan mengatakan “tidak” dengan kata dan perbuatan jika kita menolak pelecehan seksual, menyebarkan informasi tentang pelecehan seksual, mau bertindak sebagai saksi, bersedia membantu korban. Lebih jauh lagi, kita bisa saja membentuk solidaritas, berkampanye bagi tersedianya jaminan keamanan dan penegakan hak-hak wanita.

Pelecehan seksual bisa dialami oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Dari pengalaman pribadiku sendiri, bisa terjadi pada anak perempuan umur 13 tahun belum datang bulan, kurus, item dekil atau mahasiswi S-2 program pasca sarjana di ruangan kelas atau senior partner sebuah law firm di ruangan kerjanya sendiri, punya uang atau gak punya uang, bergelimang kemewahan atau juga dihantui kemiskinan, juga termasuk dunia entertaiment yang hanya mementingkan fisik dan kurang penghargaannya terhadap kaum wanita.

Mau tau pengalaman terakhirku mendapat pelecehan seksual? Memang hanya melalui telephone, tapi tetap saja membuatku merasa terhina, tersinggung dan tidak dihargai. Dua minggu yang lalu aku menelpon seorang pejabat kepolisian, minta dibantu sebuah kasus di institusi beliau. Jawaban polisi itu adalah, “minta-minta melulu… saya dapat apa?” dan aku yakin betul yang diminta oleh polisi itu bukan uang. Belakangan si polisi dicopot dari jabatannya karena kasus yang sedang mendapat sorotan.

Kata “tidak” adalah salah satu upaya kita menangkal pelecehan seksual. Apakah aku membesar-besarkan pengalaman-pengalaman kecil ku ini? Jawabannya adalah tentu tidak, aku hanya ingin memberitahukan kepada sesama wanita bahwa tindakan pelecehan seksual adalah salah.