Sabtu, 26 September 2009

Jangan Malu Belajar Mengaji

Sejak awal bulan puasa lalu, perusahaan saya “Toedjoeh Empat & Co.” membuka unit usaha baru bernama “Medina Toedjoeh Empat (Kursus Bahasa Arab dan Al-Qu’an)”. Karena pada saat itu adalah bulan puasa dan kami mencari berkah di bulan puasa, maka diputuskan membuka tahap pertama kursus gratis sambil melihat tanggapan dan antusias para peserta kursus.

Karena baru uji coba dan tempat terbatas, saya hanya mengiklankan melalui email di milis-milis terbatas: fhui, fhui 93, fhui 70an, peradi, IKA Advokat UI, milis cosmopolitan dan profec (profesional executive) serta berita dari mulut ke mulut saja menggunakan jaringan pertemanan yang dimiliki oleh orang-orang kantor saya.

Tidak disangka ternyata tanggapan peserta sangat antusias. Di ruang pertemuan sudah berkumpul 30 an peserta yang usianya rata-rata 40-50 an. Mulai dari ibu rumah tangga, marketing asuransi, pegawai Dewan Ketahanan Nasional, pengacara, anak pengacara terkenal, suami pengacara, pegawai swasta, jendral bintang dua sampai penyanyi muda cantik yang kualitas suaranya tidak diragukan lagi (khusus untuk penyanyi ini, saya rasa dia adalah peserta termuda deh..).

Di hari pertama, seluruh peserta di tes tingkat kemampuan mengajinya karena sudah pasti semua memiliki kemampuan yang berbeda. Kalau benar-benar tidak bisa alias dari “Nol” ya jujur saja sama ustadznya karena di tes nya di depan kelas begitu (pakai pengeras suara pula). Dari hasil tes tersebut, para peserta dibagi menjadi 4 kelompok: Basic A, Basic B, Intermediete A, Intermediete B. Jadi dari yang “Nol Besar” sampai yang agak-agak sombong dikit udah bisa ngaji panjang pendek. Tentu saja peserta terbanyak adalah di Basic A karena jumlahnya belasan sampai akhirnya kelas Basic A dibagi lagi menjadi 3 kelas karena untuk demi menjaga kualitas pengajaran dan daya tangkap peserta, 1 kelas paling banyak hanya untuk 6 orang. Selain itu, para pengajar kami menggunakan suatu metode sehingga hanya dalam waktu 4,5 jam dari yang tidak bisa sama sekali menjadi bisa membaca al-qur’an dan ngaji-ngaji dikit di depan anggota keluarganya lah.

Saya terharu melihat antusias para peserta yang begitu bersemangat hingga hari terakhir (karena bulan puasa kursus diadakan setiap hari dengan durasi 1 jam selama 10 hari), terlebih lagi karena usia mereka sudah tidak muda lagi. 80% berusia diatas 40 tahun (tentu saja si penyanyi cantik yang tadi saya ceritakan menjadi bagian yang 20%). Kalau boleh jujur, kita harus mengakui di dalam hati kecil kita apakah kita yang di KTP mengaku beragama Islam bisa mengaji? Sudah lancar mengaji? Sering mengaji? (Kayaknya qatam al-qu’an jadi mimpi indah) dan yang paling penting mengerti isi al-qur’an tersebut (kalau sudah mengerti mudah-mudahan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yah…)

Program yang dibuat di Medina Toedjoeh Empat juga gak muluk-muluk kok, kalau sudah lancar mengajinya, bisa panjang pendek dan aturan-aturan membacanya, ya bisa mengerti isi dari al-qur’an tersebut (kalau gak salah itu di kelas intermediete deh). Ada juga kelas bahasa arab dalam arti bisa bercakap sehari-hari dalam bahasa arab. Peserta yang kami bidik justru usia 40 an ke atas, para eksekutif dan pegawai kantoran yang tidak punya waktu banyak tapi ingin betul belajar mengaji dengan cepat dan mudah. Untuk mempermudah para peserta tersebut (karena kesibukan dan jalanan di jakarta yang macet), tidak harus datang ke kelas tapi justru para pengajarnya yang datang ke kantor-kantor tersebut.

Setelah bulan puasa ini melihat antusias para peserta dan rencana kelas lanjutan dari kursus sebelumnya, manajemen “dengan terpaksa” memberlakukan adanya biaya kursus. Tidak besar sih hanya 300 ribu per level. Itupun bukan untuk komersil dan bisnis (kelihatannya kami memutuskan untuk tidak cari untung di unit usaha ini tapi cari berkah aja deh). Biaya kursus itu digunakan untuk menggaji para trainer atau ustadz nya (mereka khan juga perlu biaya untuk hidup sehari-hari), operasional sehari-hari dan biaya untuk menunjang kursus ini seperti renovasi gedung untuk memperbanyak kelas, membeli motor atau mobil yang mengantarkan para ustadz mengajar ke kantor-kantor peserta serta biaya training para calon trainer. Oh ya, hal lain yang membuat saya senang dengan unit usaha ini adalah memperluas lapangan pekerjaan untuk orang lain. Mencari orang-orang yang mau mengajarkan mengaji, memberikan pelatihan dengan sistem “mengaji cepat” (jadi gak perlu berlama-lama seperti waktu saya SD dulu) dan jadilah mereka karyawan kami yang memiliki pekerjaan tetap. Visi kami jelas “Memberantas buta huruf al-qur’an di Indonesia”. Simple dan tepat sasaran khaaannn….

Ada cerita lucu dibalik kursus ini, kira-kira 2 jam setelah saya mengirim email yang mengiklankan kursus ngaji ini di milis-milis, salah seorang sahabat menelpon saya. Pada saat itu saya sedang di Polda Metro Jaya menunggu seorang Kasat di ruang tamunya. “Jangan ketawa,” sahabat saya langsung membuka percakan di telepon. “Ada apa sih?” tanya saya bingung sambil berbisik-bisik karena si Kasat ada di ruangan sebelah. “Pokoknya jangan ketawa” jawab sahabat saya itu. “Iyaaa.. ada apa??” tanya saya masih bingung dan berbisik. “Kamu lagi buka kursus ngaji yah? Aku ikut dong….” Jawab si sahabat dan jawaban saya adalah “HAHAHAHAHAHAHA…..” saya tidak tahan untuk tertawa terbahak-bahak. Sahabat saya ini terkenal dengan sifat iseng dan usilnya. Usianya pun sudah 50 an. Tapi saya mengagumi kejujuran dan keterbukaan hatinya. Dia mau jujur untuk belajar mengaji dari NOL dan keterbukaan hatinya untuk belajar. TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR, APALAGI BELAJAR MENGAJI DAN AL-QUR’AN….

Bagaimana dengan saya? Hehehehehe… Untuk yang belum kenal saya, dasar pendidikan dan pekerjaan saya adalah pengacara spesialisasi litigasi. Di hari pertama kursus saya hadir (dengan terlambat karena ada meeting), langsung di test mengaji pakai pengeras suara pula. Dengan tidak percaya diri tentu saja saya terpaksa membaca huruf-huruf al-qur’an yang disodorkan oleh ustadz nya. Untunglah saya masuk kelas intermediete (walaupun gak jelas A atau B). Jujur saya kadang-kadang masih suka lupa titik. Kalau titiknya di bawah huruf apa ya? Kalau titiknya di atas huruf apa? Suka ketukar-tukar. Belum lagi panjang pendeknya juga masih tersendat-sendat. Dan dengan “kemampuan” itu saya semangat belajar mengaji lagi. Tapi apa daya, setiap kali jam mengaji yang ditentukan ada saja tamu yang masuk ke ruangan saya mengajak meeting. Gak mudah memang mengatur waktu mengurusi 5 unit usaha plus jadi pengacara. Tapi saya sudah bisik-bisik sama ustadznya, “Mas Iwan, saya kursus ngajinya privat aja deh abis lebaran. Kayaknya gak bisa kalau mengikuti jadwal. Pagi aja ya mas karena gangguan belum banyak, kayaknya makin sore gangguannya makin banyak deh…” Ada yang mau mengikuti langkah saya? Belajar mengaji dengan waktu yang fleksibel karena kesibukan kita???

1 komentar:

  1. Sunguhlah mulya apa yang telah Ibu perbuat dan sungguh Allah Maha Adil, “Jika kita berbuat baik maka insyaallah kebaikan pula yang kita dapatkan” Congratulation for “Medina Toedjoeh Empat “ mudah2an akan terus berkembang - I wish You Good Luck. selamat hari raya idul fitri 1430-H, Minal aidzin wal fa idzin. Wassalam_rizaldi

    BalasHapus